Masjid Agung Demak (or the Great Demak Mosque ) is one of the oldest mosques in Indonesia, located in the center town of Demak, Central Java Indonesia. Masjid Agung Demak (atau Masjid Agung Demak) adalah salah satu masjid tertua di Indonesia, terletak di pusat kota Demak, Jawa Tengah Indonesia. The  mosque is believed to be built by Sunan Kalijaga, one of the Wali Songo  (nine Muslim saints) during the first Demak Sultanate ruler, Raden  Patah during the 15th century. [ citation needed ]  Masjid ini diyakini dibangun oleh Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo  (sembilan Muslim orang-orang kudus) selama penguasa Kesultanan Demak  pertama, Raden Patah pada abad ke-15. [rujukan?] 
This mosque is the proof of glory achieved by the Demak Bintoro kingdom as the first Islamic kingdom in Java island. Masjid ini adalah bukti kemuliaan yang dicapai oleh kerajaan Demak Bintoro sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. 
Mosque Features Masjid Fitur 
Masjid Agung Demak is the classic example of a traditional Javanese mosque. Masjid Agung Demak adalah contoh klasik sebuah masjid tradisional Jawa. Unlike mosques in the Middle East it is built from timber. Tidak seperti masjid di Timur Tengah itu dibangun dari kayu. The tiered roof is supported by four enormous teak pillars. Atap tier ini didukung oleh empat pilar kayu jati besar. This means that the mosque is rather small when compared to many modern Indonesian mosques. Ini berarti bahwa masjid agak kecil jika dibandingkan dengan banyak masjid Indonesia modern. The tiered roof shows many similarities with wooden religious structures from the Hindu-Buddhist civilizations of Java and Bali. Atap berjenjang menunjukkan banyak kesamaan dengan struktur keagamaan kayu dari peradaban Hindu-Buddha Jawa dan Bali. The  main entrance of Masjid Agung Demak consists of two doors carved with  motifs of plants, vases, crowns and an animal head with an open  wide-toothed mouth. Pintu masuk utama Masjid Agung Demak terdiri  dari dua pintu berukir dengan motif tumbuhan, vas, mahkota dan kepala  binatang dengan mulut bergigi lebar terbuka. It  is said that picture depicts the manifested thunder caught by Ki Ageng  Selo, hence their name “Lawang Bledheg” (the doors of thunder).  Dikatakan gambar yang menggambarkan gemuruh dimanifestasikan ditangkap  oleh Ki Ageng Selo, maka nama mereka "Lawang Bledheg" (pintu guntur). 
The Carving and Historical Relics of Masjid Agung Demak The Ukiran dan Peninggalan Sejarah Masjid Agung Demak 
The  carvings at Lawang Bledheg are also interpreted according to chronogram  based on lunar calculation as “Naga mulat salira wani” which means Saka  Year 1388 or AD 1466 as the year in which Masjid Agung Demak existed.  Ukiran di Lawang Bledheg juga ditafsirkan sesuai dengan chronogram  berdasarkan perhitungan bulan sebagai "Naga mulat salira wani" yang  berarti Tahun Saka 1388 atau AD 1466 sebagai tahun di mana Masjid Agung  Demak ada. 
The front wall of the mosuqe is inset with sixty-six porcelain tiles. Dinding depan mosuqe adalah sisipan dengan enam puluh enam ubin porselen. These  exquisite blue and white tiles are believed to derive from Champa in  modern-day Vietnam, a kingdom with which Demak's former rival Majapahit  had extensive trade contacts. Ini ubin biru dan putih indah  diyakini berasal dari Champa di Vietnam zaman modern, sebuah kerajaan  Majapahit dengan yang mantan saingan Demak sudah kontak dagang yang  luas. According to some reports, these tiles were stolen from the palace of the Sultan of Majapahit and later added to the mosque. Menurut beberapa laporan, ubin ini dicuri dari istana Sultan Majapahit dan kemudian ditambahkan ke masjid. 
Masjid  Agung Demak has many historical remainders and unique things, such as  Saka Tatal; Maksurah; Dhampar Kencana/pulpit; Saka Majapahit; etc.  Besides that in the environment of Masjid Agung Demak there are also  graves of the sultans of Demak and a museum. Masjid Agung Demak  mempunyai banyak peninggalan sejarah dan hal-hal yang unik, seperti Saka  Tatal; Maksurah; Dhampar Kencana / mimbar, Saka Majapahit, dll Selain  itu di lingkungan Masjid Agung Demak terdapat juga makam para Sultan  Demak dan sebuah museum.
DONOR DARAH di VICO Badak bag.7
13 tahun yang lalu

 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar